Breaking News! Highlight Sidang Pleno ISEI XXIV dan Seminar Nasional 2025
Artikel ISEI

Digital Natives, Creative Nation: Peran Milenial, Gen Z, dan Alpha sebagai Mesin Baru Ekonomi Kreatif Indonesia

05 December 2025

oleh Arief Budiman

Dunia Tidak Lagi Bertanya: Apa Yang Kamu Punya? Dunia Bertanya: Apa Yang Bisa Kamu Ciptakan?


 

Bukan Sekadar Bonus Demografi, Ini Era Ledakan Kreativitas Indonesia

Indonesia sedang berada di puncak momentum demografis:

  • 190 juta penduduk usia produktif (15–64 tahun), atau 69,3% dari total populasi.

  • Dari jumlah itu, lebih dari separuhnya adalah digital natives, generasi yang tumbuh bersama internet, media sosial, dan smartphone sejak usia dini.

Ini bukan sekadar keunggulan usia. Mereka membawa pola pikir baru: lebih kreatif, lebih terhubung, lebih global. Dan jika diberdayakan dengan tepat, mereka akan menjadi mesin pencipta nilai baru bagi ekonomi nasional.


 

Ekraf: Raksasa Baru yang Selama Ini Kita Abaikan

“Rp1.300 Triliun. 23 Juta Pekerjaan. 3 Besar Dunia.”

  • Kontribusi ke PDB 2023: Rp1.300 triliun

  • Menyerap 23 juta tenaga kerja

  • Masuk Top 3 Ekonomi Kreatif Dunia (bersama AS & Korea Selatan!)

  • Sektor digital seperti gim, animasi, dan aplikasi menjadi engine pertumbuhan tercepat

Selama ini kita memandang kreativitas sebagai hobi—padahal ia adalah mesin ekonomi raksasa.


 

Digital Natives, Trend Makers

Dengan 212 juta pengguna internet, 78% populasi aktif di media sosial. Namun lebih dari itu, generasi muda kita:

๐ŸŽ™๏ธ Menjadi content creator, podcaster, streamer
๐ŸŽฎ Mengembangkan gim dan aplikasi edukatif
๐ŸŽง Merilis musik di platform global
๐Ÿงต Membangun merek lokal berbasis komunitas

Mereka tidak hanya mengonsumsi tren—mereka menciptakan dan memonetisasi tren. Generasi muda hari ini adalah mesin utama ekonomi kreatif, dengan tiga kekuatan:

  1. Digital-native (cepat beradaptasi teknologi)

  2. Global mindset (terbuka dan kolaboratif lintas negara)

  3. Value-oriented (berorientasi pada dampak sosial)


 

Indonesia vs Singapura: Dua Pendekatan Ekonomi Kreatif

Singapura → unggul dalam sistem, efisiensi, dan investasi terarah.

  • Investasi ekraf: > SGD 100 juta sejak 2020

  • Kontribusi ekraf: 6,5% PDB

  • Fokus: desain, animasi, teknologi kreatif
     

Indonesia → unggul dalam skala pasar dan kekayaan budaya.

  • Populasi: 280+ juta

  • Pengguna e-commerce aktif: 170 juta

  • 38 provinsi = diversitas kreativitas tak tertandingi

  • Biaya produksi relatif lebih rendah

Singapura kuat di system & structure, Indonesia kuat di creativity & diversity.


 

Ekosistem Kreatif yang Mulai Terbangun

Pemerintah:

  • Bekraf Go Digital

  • Indonesian Creative District Program

  • Pembiayaan LPDB-KUMKM untuk UMKM kreatif
     

Akademisi:

  • Creative hub, innovation lab, inkubator kampus
     

Swasta:

  • Startup accelerator dari Telkomsel, GoTo, Tokopedia, dan lainnya
     


 

Rise of Indonesia’s Creative Generation

  • Pertumbuhan ekraf digital Indonesia melampaui rata-rata dunia:
    Gaming +11%, Streaming +9%, Musik +8% (PwC, 2024)

  • Jakarta masuk Top 40 ekosistem startup kreatif global

  • Tantangan tetap besar: akses pendanaan, lemahnya HKI, literasi bisnis yang rendah (UNESCO, 2023)

๐Ÿ’ก Ekonomi kreatif bukan sekadar sektor—ini adalah jati diri baru bangsa, dibentuk oleh generasi muda pencipta budaya, bukan sekadar pewarisnya.

Baca Selengkapnya di Warta ISEI Edisi 5

 

 

Berita Terbaru